Ayat Hafalan:
Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
(1 Tesalonika 4:7)
(1 Tesalonika 4:7)
Senin, 30 November 2015
WAKTU UNTUK TUHAN
Mazmur 63:1-12
Mazmur 63:1-12
Berapa lama Saudara memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan? Banyak yang menjawab: tidak pasti, kalau lagi tidak sibuk. Dalam sehari Tuhan memberi kita waktu selama 24 jam. Dari 24 jam itu, berapa jam yang kita gunakan untuk mencari hadirat Tuhan atau kita khususkan untuk memuji dan menyembah Dia?
Daud tidak pernah melewatkan hari tanpa bersekutu dengan Tuhan dan memuji-muji Tuhan, baik itu pagi, siang dan malam. Tertulis: "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4), juga "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;" (Mazmur 59:17) dan "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Di segala waktu dan keadaan (suka maupun duka) Daud selalu memuji-muji Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh suku Lewi, satu-satunya suku di antara 12 suku di Israel yang memiliki tugas 'istimewa' yaitu dikhususkan untuk melayani Tuhan, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Dikatakan: "...mereka bertugas menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan setiap pagi, demikian juga pada waktu petang," (1 Tawarikh 23:30).
Selama masih ada waktu, selama matahari terbit di ufuk timur, selama bintang masih gemerlap di waktu malam, dan selama bumi masih berputar, suku Lewi tak henti-hentinya menaikkan korban syukur dan puji-pujian bagi Tuhan, baik itu pada waktu pagi, petang dan juga pada hari-hari khusus seperti sabat, bulan baru, hari raya dan sebagainya. Kita pun harus demikian, menyediakan waktu khusus bagi Tuhan. Jangan hanya saat ibadah di gereja saja! Kita sendiri harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari hadirat Tuhan. Bagi yang bekerja bisa menyediakan waktu pagi hari untuk Tuhan sebelum berangkat beraktivitas. Para ibu rumah tangga malah lebih fleksibel karena memiliki waktu luang lebih banyak di rumah, bisa pagi, siang atau sore. Atau mungkin kita hanya bisa pada malam hari setelah semua tugas dan pekerjaan terselesaikan. Tidak masalah! Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2)
Daud tidak pernah melewatkan hari tanpa bersekutu dengan Tuhan dan memuji-muji Tuhan, baik itu pagi, siang dan malam. Tertulis: "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4), juga "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;" (Mazmur 59:17) dan "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Di segala waktu dan keadaan (suka maupun duka) Daud selalu memuji-muji Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh suku Lewi, satu-satunya suku di antara 12 suku di Israel yang memiliki tugas 'istimewa' yaitu dikhususkan untuk melayani Tuhan, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Dikatakan: "...mereka bertugas menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan setiap pagi, demikian juga pada waktu petang," (1 Tawarikh 23:30).
Selama masih ada waktu, selama matahari terbit di ufuk timur, selama bintang masih gemerlap di waktu malam, dan selama bumi masih berputar, suku Lewi tak henti-hentinya menaikkan korban syukur dan puji-pujian bagi Tuhan, baik itu pada waktu pagi, petang dan juga pada hari-hari khusus seperti sabat, bulan baru, hari raya dan sebagainya. Kita pun harus demikian, menyediakan waktu khusus bagi Tuhan. Jangan hanya saat ibadah di gereja saja! Kita sendiri harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari hadirat Tuhan. Bagi yang bekerja bisa menyediakan waktu pagi hari untuk Tuhan sebelum berangkat beraktivitas. Para ibu rumah tangga malah lebih fleksibel karena memiliki waktu luang lebih banyak di rumah, bisa pagi, siang atau sore. Atau mungkin kita hanya bisa pada malam hari setelah semua tugas dan pekerjaan terselesaikan. Tidak masalah! Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2)
“Jika Daud bisa, mengapa kita tidak?”
Selasa, 1 Desember 2015
Kamis, 3 Desember 2015
Hidup tiada beraib, tiada bernoda, tiada bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia adalah kualitas hidup orang Kristen yang sesungguhnya. Seringkali orang salah dalam mengukur kualitas hidup seseorang. Orang dunia menilai bahwa seseorang dikatakan berkualitas apabila ia berpendidikan tinggi, mempunyai karir yang menanjak, berpengalaman banyak, memiliki kekayaan yang melimpah dan sebagainya. Tapi itu berbeda dengan ukuran yang dipakai Tuhan! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).
Kehidupan rohani yang berkualitas inilah yang juga diteladankan rasul Paulus bagi orang percaya: saat berada di penjara sekali pun Paulus tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan (ayat 8). Meski mengalami tindasan, aniaya, penderitaan dan ujian dia tidak pernah mengeluh atau bersungut-sungut. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi Paulus dalam melayani Tuhan benar-benar tulus dan murni demi kemuliaan nama Tuhan (ayat 9). Apa kuncinya sehingga Paulus bisa seperti itu? Berdoa! (ayat 10). Tanpa doa, Paulus tidak akan mampu setegar itu; Tanpa doa, pelayanan Paulus tidak akan berdampak. Doa harus menjadi nafas hidup orang percaya! Karena itu ia selalu menasihatkan: "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." (Efesus 6:18b). Sudah seharusnya setiap kita, bukan hanya pelayan Tuhan, meneladani hidup Paulus ini. Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi dengan motivasi tidak benar.
Sabtu, 5 Desember 2015
Hal ini juga dialami oleh Daud, hidupnya penuh dengan pergumulan. Banyak seteru yang menginginkan kematiannya. Hidupnya menjadi tidak tenang, di antaranya karena Saul terus mengejarnya dan hendak membunuhnya. Tak jarang pula Daud mengalami ketakutan yang begitu hebat seperti saat ia berada di Gat, sampai-sampai ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan dan berbuat pura-pura gila. Tapi dalam ketakutannya yang luar biasa itu Daud selalu bersandar kepada Tuhan sebab ia percaya bahwa Tuhan sajalah yang dapat membela perkaranya. Daud berkata, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang Firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Daud percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan umatNya yang berada dalam pergumulan hebat, yang terus berseru-seru kepada-Nya. Daud berkata, "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu" (Mazmur 56:9).
Saat ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami oleh Daud: kita terhimpit, tertekan oleh permasalahan yang berat atau bahkan juga dimusuhi sekalipun kita tak bersalah. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita karena "...hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19b). Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena"...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita.
Minggu, 6 Desember 2015
Pengiringan kita kepada Tuhan tidak terlepas dari masalah dan pergumulan yang datang silih berganti dalam kehidupan ini. Tiada hari tanpa pergumulan bagi orang percaya! Tapi kita harus yakin bahwa "...Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13b). Satu hal yang harus kita lakukan dalam pergumulan yang kita hadapi adalah tetap sabar dan tekun untuk menantikan jawaban dari Tuhan."Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!, Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan mendatangkan berkat yang luar biasa. Dalam Yesaya 40:31 tertulis: "...orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Ayat ini menyatakan bahwa setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Pergumulan berat yang kita alami seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh. Tapi, kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan Dia. Adapun kekuatan yang Tuhan berikan itu tak terbatas dan tak terjangkau oleh pikiran kita, sebab "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20). Secara manusia kita tidak kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kekuatan itu akan muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia.
MENGEKANG LIDAH
Yakobus 1:19-27
Yakobus 1:19-27
Penulis pernah mendapat curhat seorang teman yang bukan seorang percaya (di luar Tuhan) yang bekerja di sebuah perusahaan. Dia mengungkapkan keluhannya bahwa selama bekerja di situ ia sering menangis dan ingin segera keluar dari pekerjaan karena sudah tidak betah lagi. Penulis bertanya, "Mengapa?" Jawabannya sangat mengangetkan dan sekaligus menyedihkan hati. Ia tidak tahan dengan omelan dan umpatan dari pimpinannya; bila ada karyawan yang melakukan kesalahan, si pimpinan itu marah-marah, membentak-bentak, kata-katanya kasar, bahkan 'nama-nama binatang' selalu ia perkatakan, padahal pimpinannya itu seorang Kristen dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja. Kok bisa ya? Saat berada di gereja atau pelayanan ia bak seorang malaikat atau orang yang suci dan kudus. Tetapi di luar gereja topeng itu ditanggalkan dan begitu cepatnya berubah. Karakternya tidak lagi seperti Kristus, tidak bisa menahan lidah atau ucapannya, tidak bisa menjadi berkat, malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Ayat nas di atas menyatakan bahwa ibadah kita akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa mengekang lidah atau ucapan kita. Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita mengungkapkan sifat yang yang sesungguhnya, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34a). Kita kembali diingatkan agar berhati-hati menggunakan lidah kita. Adalah pekerjaan yang tidak mudah mendisiplinkan, mengontrol dan menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita. Bila kita dapat menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita, yaitu mempunyai kemampuan untuk menentukan seluruh arah hidup kita. Bila kita dapat menundukkan bagian tubuh kita yang satu ini dan menyerahkannya di bawah kendali Roh kudus, kita akan mampu mendisiplinkan seluruh tubuh kita.
Lidah atau perkataan yang kita ucapkan menentukan apakah kita akan hidup dalam kemenangan, kekalahan, berkat atau kutuk. Karena itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita, karena "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Rabu, 2 Desember 2015
Ayat nas di atas menyatakan bahwa ibadah kita akan menjadi sia-sia jika kita tidak bisa mengekang lidah atau ucapan kita. Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita mengungkapkan sifat yang yang sesungguhnya, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34a). Kita kembali diingatkan agar berhati-hati menggunakan lidah kita. Adalah pekerjaan yang tidak mudah mendisiplinkan, mengontrol dan menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita. Bila kita dapat menundukkan satu bagian dari tubuh kita, yang walaupun sangat kecil tapi memiliki pengaruh besar terhadap seluruh keberadaan hidup kita, yaitu mempunyai kemampuan untuk menentukan seluruh arah hidup kita. Bila kita dapat menundukkan bagian tubuh kita yang satu ini dan menyerahkannya di bawah kendali Roh kudus, kita akan mampu mendisiplinkan seluruh tubuh kita.
Lidah atau perkataan yang kita ucapkan menentukan apakah kita akan hidup dalam kemenangan, kekalahan, berkat atau kutuk. Karena itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita, karena "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
“Jangan semborono menggunakan lidah kita
karena dampaknya akan kembali ke kita!”
karena dampaknya akan kembali ke kita!”
Rabu, 2 Desember 2015
JANGAN TIDUR ROHANI
1 Tesalonika 5:1-11
1 Tesalonika 5:1-11
Jika memperhatikan keadaan dunia ini, sungguh saat-saat ini adalah saat di mana kedatangan Tuhan sudah semakin mendekat, sudah di ambang pintu, tinggal diketuk! Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita siap sedia untuk menyongsong kedatangan Tuhan kali yang kedua ini? Karena kelesuan, kesuaman dan tertidur secara rohani melanda kehidupan orang percaya.
Gemerlap dunia ini dengan segala kenikmatannya lebih menyita perhatian dan kian memperdaya banyak orang untuk tidak lagi memikirkan perkara-perkara rohani. Sebagian besar orang Kristen mulai malas di dalam menjaga hubungan dan komitmennya kepada Tuhan. Banyak yang melalaikan jam-jam doanya, acuh tak acuh terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Banyak pula yang puas hanya dengan duduk memenuhi bangku gereja setiap Minggu, mendengar firman dan menerima berkat-berkat dari Tuhan, tapi tidak mempraktekkan apa yang telah mereka dengar dan pelajari. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hidupnya 'sama' dengan orang-orang dunia, hanya 'label' Kristen saja yang membedakan, tetapi semua tindakan dan perbuatannya sangat menyedihkan hati Tuhan; hidup tidak lagi disiplin dan membiarkan hati dan pikirannya dipenuhi oleh berbagai keinginan jahat, ketakutan, kekuatiran, iri, dengki, kebencian, kecemburuan dan sebagainya. Belum lagi dalam hal perkataan: masih suka bohong, suka melontarkan kata-kata yang tidak sopan, membual, penuh tipu muslihat.
Orang Kristen mengemban tugas mulia dari Tuhan yaitu untuk menjadi berkat dan juga kesaksian bagi orang lain, "...bukan untuk melakukan apa yang cemar," (1 Tesalonika 4:7). Oleh sebab itu berhati-hatilah dan segeralah bertobat! Karena tidak banyak waktu lagi Tuhan segera datang! Kalau kita tidak segera bertobat mulai dari sekarang, kapan lagi? "...karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:16-17). Sudah tidak ada waktu lagi untuk tidur! Tidak ada waktu lagi untuk tetap tinggal dalam comfort zone! Kita harus bangkit dan segera sadar! Jangan termakan oleh tipu daya Iblis!
Gemerlap dunia ini dengan segala kenikmatannya lebih menyita perhatian dan kian memperdaya banyak orang untuk tidak lagi memikirkan perkara-perkara rohani. Sebagian besar orang Kristen mulai malas di dalam menjaga hubungan dan komitmennya kepada Tuhan. Banyak yang melalaikan jam-jam doanya, acuh tak acuh terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Banyak pula yang puas hanya dengan duduk memenuhi bangku gereja setiap Minggu, mendengar firman dan menerima berkat-berkat dari Tuhan, tapi tidak mempraktekkan apa yang telah mereka dengar dan pelajari. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hidupnya 'sama' dengan orang-orang dunia, hanya 'label' Kristen saja yang membedakan, tetapi semua tindakan dan perbuatannya sangat menyedihkan hati Tuhan; hidup tidak lagi disiplin dan membiarkan hati dan pikirannya dipenuhi oleh berbagai keinginan jahat, ketakutan, kekuatiran, iri, dengki, kebencian, kecemburuan dan sebagainya. Belum lagi dalam hal perkataan: masih suka bohong, suka melontarkan kata-kata yang tidak sopan, membual, penuh tipu muslihat.
Orang Kristen mengemban tugas mulia dari Tuhan yaitu untuk menjadi berkat dan juga kesaksian bagi orang lain, "...bukan untuk melakukan apa yang cemar," (1 Tesalonika 4:7). Oleh sebab itu berhati-hatilah dan segeralah bertobat! Karena tidak banyak waktu lagi Tuhan segera datang! Kalau kita tidak segera bertobat mulai dari sekarang, kapan lagi? "...karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:16-17). Sudah tidak ada waktu lagi untuk tidur! Tidak ada waktu lagi untuk tetap tinggal dalam comfort zone! Kita harus bangkit dan segera sadar! Jangan termakan oleh tipu daya Iblis!
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibrani 4:7
Kamis, 3 Desember 2015
SUKACITA SEJATI HANYA DI DALAM TUHAN
Mazmur 16:1-11
Mazmur 16:1-11
Momen apa yang paling membuat Saudara merasakan sukacita? Ada berbagai alasan seseorang mengalami sukacita dalam hidupnya: seseorang bersukacita saat ia mendapatkan lotere; ketika merayakan valentine's day dengan teman-teman; saat berada di kursi pelaminan dengan orang yang dicintainya; ketika memiliki uang banyak; ketika lulus ujian atau diwisuda sebagai sarjana; ketika dianugerahi anak; ketika bertemu dengan kawan lama dan sebagainya. Seseorang yang menderita sakit akan bersukacita ketika dokter menyatakan bahwa ia sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit; seorang atlet mengalami sukacita yang luar biasa ketika ia mampu merebut medali emas dalam suatu kejuaraan; seorang petani bersukacita tatkala musim panen yang ditunggu-tunggu itu tiba, sehingga rasa-rasanya semua kerja keras yang selama ini ia lakukan, baik itu membajak, mengairi dan merawat tanaman telah terbayar sudah. Begitu pula seorang karyawan akan bersukacita ketika tiba waktu menerima gaji atau mendapat promosi jabatan dari pimpinan.
Namun, berapa lama sukacita itu akan bertahan? Sukacita yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya hanya sementara, tidak akan bertahan lama. Lalu, di manakah kita menemukan sukacita yang sejati dan berlimpah-limpah itu? Sukacita yang melimpah dan yang tak lekang oleh waktu hanya akan kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang dari Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita karena sukacita itu berasal dari dalam, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Jadi, kita mendapatkan sukacita yang berlimpah oleh karena ada Roh Kudus di dalam diri kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Mungkin kita berkata, "Teorinya gampang. Prakteknya? Bagaimana bisa bersukacita jika kita sedang dalam masalah, sakit, punya banyak utang, toko sepi, perusahaan lagi bangkrut dan sebagainya?" Rasul Paulus menulis surat himbauan kepada jemaat di Filipi ini bukan saat ia sedang bersenang-senang karena menerima berkat dari Tuhan, tapi justru saat ia berada di dalam penjara alias dalam penderitaan dan kesesakan."Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!"
(Nehemia 8:11b).
Namun, berapa lama sukacita itu akan bertahan? Sukacita yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya hanya sementara, tidak akan bertahan lama. Lalu, di manakah kita menemukan sukacita yang sejati dan berlimpah-limpah itu? Sukacita yang melimpah dan yang tak lekang oleh waktu hanya akan kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang dari Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita karena sukacita itu berasal dari dalam, yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Jadi, kita mendapatkan sukacita yang berlimpah oleh karena ada Roh Kudus di dalam diri kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus menasihati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Mungkin kita berkata, "Teorinya gampang. Prakteknya? Bagaimana bisa bersukacita jika kita sedang dalam masalah, sakit, punya banyak utang, toko sepi, perusahaan lagi bangkrut dan sebagainya?" Rasul Paulus menulis surat himbauan kepada jemaat di Filipi ini bukan saat ia sedang bersenang-senang karena menerima berkat dari Tuhan, tapi justru saat ia berada di dalam penjara alias dalam penderitaan dan kesesakan."Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!"
(Nehemia 8:11b).
Jumat, 4 Desember 2015
KEKRISTENAN YANG BERKUALITAS
Roma 1:8-15
Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah, karena sebagai pengikut Kristus hidup kita juga harus mencerminkan Kristus dan meneladani-Nya. Jika tidak, kita belum layak disebut sebagai orang Kristen yang sejati, karena semua tindakan dan perbuatan kita haruslah sesuai dengan firman Tuhan. Inilah yang dikehendaki Tuhan, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15).Roma 1:8-15
Hidup tiada beraib, tiada bernoda, tiada bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia adalah kualitas hidup orang Kristen yang sesungguhnya. Seringkali orang salah dalam mengukur kualitas hidup seseorang. Orang dunia menilai bahwa seseorang dikatakan berkualitas apabila ia berpendidikan tinggi, mempunyai karir yang menanjak, berpengalaman banyak, memiliki kekayaan yang melimpah dan sebagainya. Tapi itu berbeda dengan ukuran yang dipakai Tuhan! "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).
Kehidupan rohani yang berkualitas inilah yang juga diteladankan rasul Paulus bagi orang percaya: saat berada di penjara sekali pun Paulus tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan (ayat 8). Meski mengalami tindasan, aniaya, penderitaan dan ujian dia tidak pernah mengeluh atau bersungut-sungut. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi Paulus dalam melayani Tuhan benar-benar tulus dan murni demi kemuliaan nama Tuhan (ayat 9). Apa kuncinya sehingga Paulus bisa seperti itu? Berdoa! (ayat 10). Tanpa doa, Paulus tidak akan mampu setegar itu; Tanpa doa, pelayanan Paulus tidak akan berdampak. Doa harus menjadi nafas hidup orang percaya! Karena itu ia selalu menasihatkan: "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." (Efesus 6:18b). Sudah seharusnya setiap kita, bukan hanya pelayan Tuhan, meneladani hidup Paulus ini. Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi dengan motivasi tidak benar.
“Selalu bersyukur, tulus melayani Tuhan dan tekun dalam doa adalah kunci untuk menjadi
orang Kristen yang berkualitas!”
Sabtu, 5 Desember 2015
PENUH PERGUMULAN
Mazmur 56:1-14
Perjalanan hidup manusia selama berada di muka bumi ini tak luput dari pergumulan. Entah itu pergumulan tentang pekerjaan, keluarga, keuangan, sakit penyakit dan sebagainya. Saat berada dalam pergumulan yang berat itu tak jarang kita merasa tertekan, kecewa, frustasi sehingga ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.Mazmur 56:1-14
Hal ini juga dialami oleh Daud, hidupnya penuh dengan pergumulan. Banyak seteru yang menginginkan kematiannya. Hidupnya menjadi tidak tenang, di antaranya karena Saul terus mengejarnya dan hendak membunuhnya. Tak jarang pula Daud mengalami ketakutan yang begitu hebat seperti saat ia berada di Gat, sampai-sampai ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan dan berbuat pura-pura gila. Tapi dalam ketakutannya yang luar biasa itu Daud selalu bersandar kepada Tuhan sebab ia percaya bahwa Tuhan sajalah yang dapat membela perkaranya. Daud berkata, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang Firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Daud percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan umatNya yang berada dalam pergumulan hebat, yang terus berseru-seru kepada-Nya. Daud berkata, "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu" (Mazmur 56:9).
Saat ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami oleh Daud: kita terhimpit, tertekan oleh permasalahan yang berat atau bahkan juga dimusuhi sekalipun kita tak bersalah. Tak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Tuhan. Datanglah kepada Tuhan dan jangan lari kepada manusia, biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Pembela kita karena "...hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19b). Berhentilah untuk bersungut-sungut atau mengomel, tapi bawalah persoalan itu dalam doa kepada Tuhan. Teguhkan hati dan tetaplah tenang, karena"...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Air mata pergumulan kita kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mengerti kepedihan hati kita dan mengerti kesengsaraan kita.
“Seberat apa pun pergumulan kita, Tuhan sanggup menolong dan memberi jalan keluar!”
Minggu, 6 Desember 2015
KEKUATAN DALAM MENANTIKAN TUHAN
Mazmur 130:1-8
Ada harga yang harus kita bayar ketika kita menantikan sesuatu dari Tuhan. Menantikan sesuatu dari Tuhan juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Banyak orang Kristen yang menyerah di tengah jalan ketika yang dinantikan itu tidak kunjung tiba, dan karena ketidaksabarannya itu akhirnya mereka juga tidak memperoleh apa-apa.Mazmur 130:1-8
Pengiringan kita kepada Tuhan tidak terlepas dari masalah dan pergumulan yang datang silih berganti dalam kehidupan ini. Tiada hari tanpa pergumulan bagi orang percaya! Tapi kita harus yakin bahwa "...Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13b). Satu hal yang harus kita lakukan dalam pergumulan yang kita hadapi adalah tetap sabar dan tekun untuk menantikan jawaban dari Tuhan."Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!, Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan mendatangkan berkat yang luar biasa. Dalam Yesaya 40:31 tertulis: "...orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Ayat ini menyatakan bahwa setiap orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Pergumulan berat yang kita alami seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh. Tapi, kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan Dia. Adapun kekuatan yang Tuhan berikan itu tak terbatas dan tak terjangkau oleh pikiran kita, sebab "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," (Efesus 3:20). Secara manusia kita tidak kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kekuatan itu akan muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia.
“Penantian akan Tuhan menghasilkan kekuatan bagi kita dalam menghadapi segala permasalahan yang ada!”