Jumat Agung merupakan peringatan akan kematian Yesus Kristus ribuan tahun yang lalu. Dalam peristiwa inilah bukti kasih Tuhan yang terbesar dinyatakan. Apakah hal ini merupakan tanda kekalahan? Ia yang tidak berdosa membuat diri-Nya berdosa dan menanggung upah dosa seluruh umat manusia? Tuhan yang menjelma menjadi manusia telah mati di kayu salib? Hal ini terlihat mengenaskan sekali…
Bukan! Peristiwa Jumat Agung bukan kekalahan Tuhan, sebab salib menjadi salah satu kemenangan Tuhan dalam rencana-Nya. Justru jika tidak ada salib, maka tidak ada keselamatan, tidak ada gereja, tidak ada pemulihan, tidak ada kemenangan, tidak ada kesembuhan, dll. Melalui salib ada gereja, ada pemulihan, kemenangan atas penderitaan, dan ada kemuliaan.
Yesus yang terpaku di kayu salib haruslah menjadi pelajaran penting yang mengubah paradigma manusia, bahkan kekristenan masa kini. Jangan hanya menangisi Tuhan yang terpaku secara memalukan dan mati di kayu salib, tetapi saat ini kita harus mulai melihat mulai mempelajari detik-detik terakhir di salib tersebut. Sorotan kita adalah apa yang Yesus lakukan ketika berada tergantung di kayu salib.
Apa yang bisa dilakukan seseorang yang sedang tergantung di kayu salib? Tangan dan kaki yang terpaku erat dengan kayu? Mahkota duri sebagai tanda penghinaan dari pemerintahan Romawi dan orang-orang Yahudi saat itu? Hal ini bagaikan seseorang penjahat di dalam penjara dengan tangan yang diborgol serta kaki yang terpasung. Jawaban yang terlintas bagi kondisi seseorang yang terpaku di kayu salib adalah ia tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, ternyata jawaban ini telah menghilangkan fakta yang terjadi ketika Yesus sedang tergantung di kayu salib.
Yesus tidak banyak memikirkan penderitaan-Nya. Ada 7 perkataan penting yang dapat kita ketahui dari kesaksian empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Inilah 7 perkataan Yesus tersebut:
1.“Ya Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku....” (Lukas 23:46)
2.“ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-Ku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:43)
3.“Aku Haus...” (Yohanes 19:28)
4.“Ibu inilah anak-Mu!” dan kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu” (Yohanes 19:26-27)
5.“Allah-Ku!, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
6.“Sudah selesai” (Yohanes 19:30)
7.“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34)
Tujuh perkataan Yesus ini menjadi pelajaran penting dalam kehidupan kekristenan. Enam perkataan Yesus mengandung makna bahwa Ia tidak memikirkan diri sendiri, melainkan lebih mengutamakan ciptaan-Nya serta orang-orang yang dikasihi-Nya di sepanjang jaman. Ini termasuk perkataan-Nya tentang ibu-Nya. Saat itu Yesus menitipkan ibu-Nya kepada para murid yang melihat peristiwa salib. Yesus masih ingat akan ibu-Nya, walaupun tergantung di kayu salib. Lima perkataan lain mengandung kepentingan rencana Bapa, yaitu menyelamatkan manusia.
Hanya satu kepentingan Yesus ketika di kayu salib. Ia berkata: “Aku haus...” Hanya pada saat itulah Yesus merasakan dan memikirkan diri-Nya. Melihat dari sisi kemanusiaan Yesus, sudah pasti sejak dari Ia diadili, dicambuk, hingga perjalanan ke bukit Golgota membuat-Nya sangat kehausan. Namun, Yesus terus berfokus kepada keselamatan umat manusia kerena keselamatan ada di tangan-Nya, Yesus kristus.
Enam banding satu (6:1). Enam mewakili kepentingan orang lain dan satu mewakili kepentingan diri sendiri. Tuhan Yesus sangat luar biasa. Sekalipun Ia sudah hampir mati dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia masih sempat memikirkan orang lain. Bukankah ini suatu teladan untuk hidup kekristenan kita?
Ia sudah menjamin segala kebutuhan dan masa depan kita. Tidak ada satupun yang terlewat dari perhatian-Nya dalam hidup kita. Mulai saat ini, marilah kita tidak lagi mementingkan diri sendiri. Lakukan perintah-Nya untuk menolong sesama dan mengasihi orang lain tanpa syarat. Satu (1) untuk kepentingan diri sendiri dan enam (6) untuk kepentingan sesama kita. Ia masih mengharapkan kita supaya bisa menjadi berkat dan terang bagi sekeliling kita. Ingatlah, barangsiapa rela kehilangan nyawanya untuk kebenaran, maka ia akan mendapatkannya. Mari bersyukur untuk karya Tuhan di kayu salib dan lakukan perintah-Nya untuk mengasihi sesama, maka hidup kita akan benar-benar menggenapi tujuan penciptaan kita dan berkat akan selalu mengikuti kehidupan kita. Selamat memperingati Jumat Agung!(you)
Bukan! Peristiwa Jumat Agung bukan kekalahan Tuhan, sebab salib menjadi salah satu kemenangan Tuhan dalam rencana-Nya. Justru jika tidak ada salib, maka tidak ada keselamatan, tidak ada gereja, tidak ada pemulihan, tidak ada kemenangan, tidak ada kesembuhan, dll. Melalui salib ada gereja, ada pemulihan, kemenangan atas penderitaan, dan ada kemuliaan.
Yesus yang terpaku di kayu salib haruslah menjadi pelajaran penting yang mengubah paradigma manusia, bahkan kekristenan masa kini. Jangan hanya menangisi Tuhan yang terpaku secara memalukan dan mati di kayu salib, tetapi saat ini kita harus mulai melihat mulai mempelajari detik-detik terakhir di salib tersebut. Sorotan kita adalah apa yang Yesus lakukan ketika berada tergantung di kayu salib.
Apa yang bisa dilakukan seseorang yang sedang tergantung di kayu salib? Tangan dan kaki yang terpaku erat dengan kayu? Mahkota duri sebagai tanda penghinaan dari pemerintahan Romawi dan orang-orang Yahudi saat itu? Hal ini bagaikan seseorang penjahat di dalam penjara dengan tangan yang diborgol serta kaki yang terpasung. Jawaban yang terlintas bagi kondisi seseorang yang terpaku di kayu salib adalah ia tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, ternyata jawaban ini telah menghilangkan fakta yang terjadi ketika Yesus sedang tergantung di kayu salib.
Yesus tidak banyak memikirkan penderitaan-Nya. Ada 7 perkataan penting yang dapat kita ketahui dari kesaksian empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Inilah 7 perkataan Yesus tersebut:
1.“Ya Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku....” (Lukas 23:46)
2.“ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-Ku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:43)
3.“Aku Haus...” (Yohanes 19:28)
4.“Ibu inilah anak-Mu!” dan kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu” (Yohanes 19:26-27)
5.“Allah-Ku!, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
6.“Sudah selesai” (Yohanes 19:30)
7.“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34)
Tujuh perkataan Yesus ini menjadi pelajaran penting dalam kehidupan kekristenan. Enam perkataan Yesus mengandung makna bahwa Ia tidak memikirkan diri sendiri, melainkan lebih mengutamakan ciptaan-Nya serta orang-orang yang dikasihi-Nya di sepanjang jaman. Ini termasuk perkataan-Nya tentang ibu-Nya. Saat itu Yesus menitipkan ibu-Nya kepada para murid yang melihat peristiwa salib. Yesus masih ingat akan ibu-Nya, walaupun tergantung di kayu salib. Lima perkataan lain mengandung kepentingan rencana Bapa, yaitu menyelamatkan manusia.
Hanya satu kepentingan Yesus ketika di kayu salib. Ia berkata: “Aku haus...” Hanya pada saat itulah Yesus merasakan dan memikirkan diri-Nya. Melihat dari sisi kemanusiaan Yesus, sudah pasti sejak dari Ia diadili, dicambuk, hingga perjalanan ke bukit Golgota membuat-Nya sangat kehausan. Namun, Yesus terus berfokus kepada keselamatan umat manusia kerena keselamatan ada di tangan-Nya, Yesus kristus.
Enam banding satu (6:1). Enam mewakili kepentingan orang lain dan satu mewakili kepentingan diri sendiri. Tuhan Yesus sangat luar biasa. Sekalipun Ia sudah hampir mati dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia masih sempat memikirkan orang lain. Bukankah ini suatu teladan untuk hidup kekristenan kita?
Ia sudah menjamin segala kebutuhan dan masa depan kita. Tidak ada satupun yang terlewat dari perhatian-Nya dalam hidup kita. Mulai saat ini, marilah kita tidak lagi mementingkan diri sendiri. Lakukan perintah-Nya untuk menolong sesama dan mengasihi orang lain tanpa syarat. Satu (1) untuk kepentingan diri sendiri dan enam (6) untuk kepentingan sesama kita. Ia masih mengharapkan kita supaya bisa menjadi berkat dan terang bagi sekeliling kita. Ingatlah, barangsiapa rela kehilangan nyawanya untuk kebenaran, maka ia akan mendapatkannya. Mari bersyukur untuk karya Tuhan di kayu salib dan lakukan perintah-Nya untuk mengasihi sesama, maka hidup kita akan benar-benar menggenapi tujuan penciptaan kita dan berkat akan selalu mengikuti kehidupan kita. Selamat memperingati Jumat Agung!(you)