Anda tahu game Feeding Frenzy? Saya sedang main game itu ketika Tuhan bicara sesuatu.
Feeding Frenzy adalah sebuah permainan komputer. Pemeran utama dalam permainan ini adalah ikan. Singkatnya, kitalah ikan itu. Awalnya, kita adalah ikan kecil yang berenang bersama ikan-ikan lain – besar dan kecil – di suatu perairan. Kita bisa memakan ikan-ikan yang lebih kecil dari kita, tapi harus mengelak dari ikan yang lebih besar yang siap memakan kita. Semakin banyak kita makan ikan, semakin besar badan kita. Kita naik level, dan sekarang bisa makan ikan yang tadinya lebih besar. Sampai kita tumbuh menjadi ikan terbesar dan dapat memakan semua ikan yang lewat.
Feeding Frenzy adalah sebuah permainan komputer. Pemeran utama dalam permainan ini adalah ikan. Singkatnya, kitalah ikan itu. Awalnya, kita adalah ikan kecil yang berenang bersama ikan-ikan lain – besar dan kecil – di suatu perairan. Kita bisa memakan ikan-ikan yang lebih kecil dari kita, tapi harus mengelak dari ikan yang lebih besar yang siap memakan kita. Semakin banyak kita makan ikan, semakin besar badan kita. Kita naik level, dan sekarang bisa makan ikan yang tadinya lebih besar. Sampai kita tumbuh menjadi ikan terbesar dan dapat memakan semua ikan yang lewat.
Proses menjadi besar itulah yang bikin gregetan. Kita harus pintar mengejar buruan, sekaligus menghindari mulut ikan besar yang siap memangsa kita. Kalau kita termakan, maka tubuh kita akan kecil kembali. Jadi, saya harus berhati-hati. Setiap kali terlihat moncong ikan besar, saya buru-buru kabur. Saya jadi pintar mengelak dengan tubuh ikan saya yang kecil.
Tapi saya lupa kalau tubuh ikan saya sudah membesar. Spontan, saya selalu menghindari moncong ikan besar yang sebenarnya dapat saya makan. Setelah beberapa lama saya sadar, ngapain juga mengejar ikan yang lebih kecil dan menghindari ikan besar? 'Kan saya dapat makan yang besar juga karena saya sudah besar sekarang.
Lalu, sesuatu di dalam saya berkata, "Kamu terbiasa melihat dirimu kecil, kamu puas dengan makanan kecilmu."
Saya pun teringat cerita tentang seekor tikus yang bertemu seorang penyihir. Tikus itu minta diubah menjadi kucing. Permintaannya dikabulkan. Tapi itu tidak membuatnya berani menghadapi kucing yang biasa mengejarnya. Karena tidak puas, ia minta diubah menjadi anjing. Tapi itu pun tidak membuatnya berani. Akhirnya ia meminta diubah menjadi gajah, mamalia terbesar di bumi. Meski begitu, ia kabur ketika berhadapan dengan kucing. Padahal badannya telah berubah besar. Akhirnya sang penyihir mengubahnya kembali menjadi tikus dan berkata, "Kamu tetap tikus, meskipun wujudmu diubah."
Dua ilustrasi ini membuat saya berpikir, seringkali saya seperti tikus dan ikan di game Feeding Frenzy yang tetap berpikiran kecil. Mau dipercayakan hal apapun, kalau saya tetap berpikir sempit, berpikir kecil, saya hanya akan mengejar dan puas dengan pencapaian-pencapaian kecil. Padahal, Tuhan melihat saya bukan sebagai seorang yang kecil.
1 Yohanes 4:4 berkata, "Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." Dan Filipi 4:13 berkata, “Kamu dapat melakukan segala sesuatu bersama Kristus yang memberi kekuatan padamu."
Seperti kisah dua belas pengintai yang diutus untuk mengintai negeri orang-orang Enak. Ketika sepuluh orang dari mereka melihat bahwa suku Enak berbadan besar seperti raksasa, mereka melihat diri mereka kecil seperti belalang. Sedang dua pengintai yang lain, Yosua dan Kaleb, memiliki pandangan yang berbeda. Padahal mereka semua melihat pemandangan yang sama, tetapi memiliki pola pikir yang bertolak belakang. Yah, semua pencapaian memang berasal dari pikiran.
Yang satu melihat diri mereka kecil, yang lainnya melihat diri mereka besar.
Yang satu menjadi takut, yang lainnya semakin terpacu untuk bergerak.
Akhirnya, Yosua dan Kaleb yang melihat diri mereka besar, memimpin pasukan dan menguasai daerah orang-orang bertubuh raksasa suku Enak.
Lalu saya melihat diri sendiri, apakah saya melihat diri saya kecil seperti belalang, tikus, dan ikan kecil? Lalu menjadi terbiasa di posisi itu dan terbiasa dengan pencapaian-pencapaian kecil?
Ataukah saya menempatkan diri sebagaimana Tuhan melihat saya?
Visi Tuhan untuk hidup kita besar. Kalau kita tidak mulai melihat diri kita sebagaimana Tuhan melihat kita, kita tidak dapat mencapai visi yang Tuhan beri untuk hidup kita. Segala sesuatu bermula dari pikiran. Akankah kita mengubah cara pandang kita terhadap diri sendiri, sebelum benar-benar terlalu nyaman dengan pencapaian kecil kita? Percayalah ini: “Dia yang berdiam di dalam Anda adalah Allah yang besar.” Tuhan melihat Anda besar dan mampu. (ditulis oleh: VP)